Kamis, 24 Oktober 2013

PSH DKI Jakarta

Persaudaraan Setia Hati DKI Jakarta menjadi Daerah tempat para sesepuh Setia Hati dimana Jakarta Pernah menjadi Pusat Pengurus Besar Persaudaraan Setia Hati, Sebelum Sekarang di Temanggung Jawa Tengah.
pesatnya perkembangan PSH di DKI Jakarta di dasari keaktifannya semua kadang baik Junior - Senior/ Sesepuh turut membantu dalam acara latihan  Setia Hati, di semua cabang baik Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara juga di Sekitarnya seperti Tanggerang, Bogor, Kota Depok, Bekasi dll.

Kadang SH DKI Jakarta

Acara MILAD PSH yang diadakan di DKI Jakarta






Sejarah 10 Perguruan Historis IPSI

Pasca penyerahan kedaulatan oleh Belanda kepada Republik Indonesia (dulu masih bernama RIS-Republik Indonesia Serikat) tanggal 27 Desember 1949, pusat Pemerintahan Republik Indonesia berpindah tempat dari Yogykarta kembali ke Jakarta. Sebelumnya, selama empat tahun Yogyakarta pernah menjadi ibukota Republik Indonesia, yaitu resminya sejak 4 Januari 1946 sampai 27 Desember 1949. Perpindahan pusat pemerintahan tersebut diikuti dengan perpindahan kantor kementerian, dan kantor-kantor atau instansi milik pemerintah.
Demikan pula pada tahun 1950 Pengurus Besar IPSI secara de facto juga berpindah tempat dari Yogyakarta ke Jakarta, sekalipun tidak semua anggota pengurus-pengurus Ikatan Pencak Silat Indonesia dapat ikut pindah ke Jakarta. Waktu itu IPSI baru 2 tahun berdiri, yaitu sejak didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, oleh Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia, yang menetapkan Mr. Wongsonegoro sebagai Ketua PB.IPSI. Saat IPSI berdiri, Republik Indonesia sedang dalam masa perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan dan memantapkan kedaulatan Republik Indonesia, yang harus ditempuh melalui perjuangan baik secara fisik maupun diplomasi. Kondisi ini juga mengakibatkan IPSI yang masih berusia muda harus mengkonsentrasikan pengabdiannya kepada perjuangan kemerdekaan, sehingga kondisi manajerial dan operasional IPSI kala itu mau tidak mau mengalami penyusutan.

Di sisi lain, Pemerintah Pusat RI kala juga sedang menghadapi pemberontakan Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia ( DI/TII ) di beberapa daerah, termasuk di Jawa dan Lampung. Untuk menambah kekuatan dalam melawan DI/TII tersebut, Panglima Teritorium III waktu itu, Kolonel (terakhir Letnan Jenderal) R.A. Kosasih, dibantu Kolonel Hidayat dan Kolonel Harun membentuk PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia), yang kala itu didirikan untuk menggalang kekuatan jajaran Pencak Silat dalam menghadapi DI/TII yang berkembang di wilayah Lampung, Jawa Barat (termasuk Jakarta), Jawa Tengah bagian Barat termasuk D.I. Yogyakarta.

Setidaknya dalam kondisi tersebut timbulah dualisme dalam pembinaan dan pengendalian Pencak Silat di Indonesia, yaitu Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) dengan konsentrasi lebih banyak dalam hal pembinaan pada aspek Olah Raga, sedangkan Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPSI) lebih banyak membina pada aspek seni pertunjukan (ibing Pencak Silat) dan Pencak Silat bela diri untuk melawan DI/TII. Selain dua organisasi, IPSI dan PPSI ini, juga terdapat beberapa organisasi lain seperti Bapensi, yang masing-masing berupaya merebut pengaruh sebagai induk pembinaan pencak silat di Indonesia.

Sementara itu IPSI harus berjuang keras agar pencak silat dapat masuk sebagai acara pertandingan di Pekan Olahraga Nasional. Hal serupa juga dilakukan oleh PPSI yang setiap menjelang PON juga berusaha untuk memasukkan pencak silatnya agar dapat ikut PON. Namun Pemerintah, yang pada tahun 1948 juga ikut berperan mendirikan IPSI, hanya mengenal IPSI sebagai induk organisasi pencak silat di Indonesia.

Kala itu induk organisasi olahraga yang ada adalah KOI (Komite Olimpiade Indonesia) diketuai oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dan PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia) dengan Ketua Widodo Sosrodiningrat.Di tahun 1951, PORI melebur kedalam KOI. Tahun 1961 Pemerintah membentuk Komite Gerakan Olahraga (KOGOR) untuk mempersiapkan pembentukan tim nasional Indonesia menghadapi Asian Games IV di Jakarta. Kemudian di tahun 1962 Pemerintah untuk pertama kalinya membentuk Departemen Olahraga (Depora) dan mengangkat Maladi sebagai menteri olahraga. Selanjutnya di tahun 1964 Pemerintah membentuk Dewan Olahraga Republik Indonesia (DORI), yang mana semua organisasi KOGOR, KOI, top organisasi olahraga dilebur ke dalam DORI.

Pada tanggal 25 Desember 1965, IPSI ikut membentuk Sekretariat Bersama Top-top Organisasi Cabang Olahraga, yang kemudian mengusulkan mengganti DORI menjadi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) yang mandiri dan bebas dari pengaruh politik, yang kemudian kelak pada 31 Desember 1966 KONI dibentuk dengan Ketua Umum Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Maka kala itu IPSI juga ikut memegang peranan penting dalam sejarah pembentukan KONI sehingga kelak menjadi induk organisasi olahraga di Indonesia.

Menjelang Kongres IV IPSI tahun 1973 beberapa tokoh Pencak Silat yang ada di Jakarta membantu PB IPSI untuk mencari calon Ketua Umum yang baru, karena kondisi Mr. Wongsonegoro yang pada saat itu sudah tua sekali. Salah satu nama yang berhasil diusulkan adalah Brigjen.TNI Tjokropranolo (terakhir Letjen TNI) yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Sekalipun kelak kemudian pada Kongres IV ini beliau terpilih sebagai Ketua Umum PB IPSI, namun jalan bagi Brigjen.TNI. Tjokropranolo tidaklah semudah yang dibayangkan. Masih banyak tugas dan tanggung jawab  PB IPSI yang kelak harus dihadapi dengan serius. Disamping itu PB IPSI pun perlu merumuskan jati dirinya secara lebih aktif, disamping merumuskan bagaimana mempertahankan eksistensi dan historis IPSI dalam langkah pembangunan nasional.
 
Karena itu kemudian Brigjen.TNI. Tjokropranolo dibantu oleh beberapa Perguruan Pencak Silat yaitu:
  • Persaudaraan Setia Hati : Bapak. Mariyun Sudirohadiprodjo, Bapak. Mashadi, Bapak. Harsoyo dan Bapak .H.M. Zain;
  • dari KPS Nusantara :Bapak. Moch Hadimulyo dibantu Bapak. Sumarnohadi, Dr. Rachmadi, Dr. Djoko Waspodo;
  • Perisai Diri : Bapak. Arnowo Adji HK;
  • dari Phasadja Mataram : Bapak. KRT Sutardjonegoro;
  • dari Perpi Harimurti : Bapak. Sukowinadi;
  • dari Perisai Putih : Bapak.Maramis, Bapak. Runtu, Bapak. Sutedjo dan Bapak. Himantoro;
  • dari Putera Betawi : Bapak.H. Saali;
  • dari Tapak Suci : Bapak Haryadi Mawardi, dibantu Bpk. Tanamas;
  • dari Persaudaraan Setia Hati Terate : Bapak. Januarno, Bapak. Imam Suyitno dan Bapak. Laksma Pamudji.

Salah satu tantangan yang cukup berarti saat itu adalah belum berintegrasinya PPSI ke dalam IPSI. Kemudian atas jasa Bapak Tjokropranolo berhasil diadakan pendekatan kepada 3 (tiga) pimpinan PPSI yang kebetulan satu corps yaitu Corps Polisi Militer. Sejak itu PPSI setuju berintegrasi dengan IPSI, kemudian Sekretariat PB IPSI di Stadion Utama dijadikan juga sebagai Sekretariat PPSI. Pada Kongres IV IPSI itulah kelak kemudian, H. Suhari Sapari, Ketua Harian PPSI datang ke Kongres dan menyatakan bahwa PPSI bergabung ke IPSI.

Kongres IV IPSI tahun 1973 menetapkan Bp. Tjokropranolo sebagai Ketua PB. IPSI menggantikan Mr. Wongsonegoro. Mr. Wongsonegoro telah berjasa mengantarkan IPSI dari era perjuangan kemerdekaan menuju era yang baru, era mengisi kemerdekaan. Saat inilah seolah IPSI berdiri kembali dan lebih berkonsentrasi pada pengabdiannya, setelah sebelumnya melalui masa-masa perang fisik dan diplomasi yang dialami seluruh bangsa Indonesia. Di bawah kepemimpinan Bapak Tjokropranolo ini IPSI semakin mantap berdiri dengan tantangan-tantangan yang baru sesuai perkembangan zaman. Pada Kongres IV IPSI itu pun sepuluh perguruan yang menjadi pemersatu dan pendukung tetap berdirinya IPSI diterima langsung sebagai anggota IPSI Pusat, dan kemudian memantapkan manajemen, memperkuat rentang kendali PB IPSI sampai ke daerah-daerah, dan mempersatukan masyarakat pencak silat dalam satu induk organisasi. Untuk selajutnya Bapak Tjokropranolo menegaskan bahwa 10 (sepuluh) Perguruan Silat tersebutlah yang telah berhasil bukan sekedar menyusun bahkan juga melaksanakan program-program IPSI secara konsisten dan berkesinambungan.

Maka selanjutnya yang dimaksud dengan sepuluh perguruan tersebut adalah:


  1. Persaudaraan Setia Hati,
  2. Persaudaraan Setia Hati Terate,
  3. Perisai Diri,
  4. Perisai Putih,
  5. Tapak Suci,
  6. Phasadja Mataram,
  7. Perpi Harimurti,
  8. Persatuan Pencak Seluruh Indonesia (PPSI),
  9. Putera Betawi,
  10. KPS Nusantara.

Pada waktu kepemimpinan Bapak. H. Eddie M. Nalapraya nama kelompok 10 (sepuluh) Perguruan Silat anggota IPSI Pusat tersebut diubah menjadi 10 (sepuluh) Perguruan Historis, setelah sebelumnya sempat istilahnya disebut sebagai  Top Organisasi, atau Perguruan Induk kemudian menjadi Perguruan Anggota Khusus karena keanggotannya di IPSI Pusat menjadi anggota khusus. Di dalam setiap Munas IPSI maka Perguruan Historis ini selalu menjadi peserta dan memiliki hak suara di dalam Munas.
Sumber:
1. H. Haryadi Mawardi (Perguruan TAPAK SUCI)
2. Sejarah KONI
3. Tulisan H. Harsoyo (Perguruan Persaudaraan Setia Hati)
4. Arsip  penelitian pribadi

Rumpun Setia Hati

Setia Hati merupakan perguruan pencak silat yang didirikan oleh ki Ngabehi surodiwiryo (eyang Suro) yang dahulunya bernama Sedulur Tunggal Kecer.
banyaknya perguruan/organisasi yang melebelkan kata Setia Hati bisa di katakan sebagai Rumpun Setia Hati atau SH turunan.
berikut adalah Nama Rumpun Setia Hati :

1).Persaudaraan Setia Hati (Panti) : Setia Hati yang melestarikan ajaran ki ngabehi surodiwiryo 1903,
SH Panti merupakan Induk dari semua SH, SH Panti tidak berorganisasi tetapi masuk sebagai paguyuban, Panti (bertempat di kediaman ki ngabehi surodiwiryo), Panti (Panutan Inti) dari semua SH. tidak berlambang/Berlogo, Alamat di Jl gajah mada no 41, kelurahan winongo, kecamatan mangunharjo, Kota Madiun - Jawa Timur.
Tulisan di depan Tempat SH Panti

2).Persaudaraan Setia Hati (P.SH) : Setia Hati yang melestarikan ajaran ki ngabehi surodiwiryo dari murid yakni Ki Munandar Harjowiyoto, yang kemudian mendirikan SH yang berorganisasi dengan nama Setia Hati Organisasi (SHO) pada tgl 22 mei 1932 oleh Ki Munandar Harjowiyoto & 50 kadhang setia hati. Selanjutnya pada tahun 1972 Ki Munandar Hardjowijoto sebagai Ketua Umum dimana pada periode inilah SHO diganti namanya menjadi Persaudaraan Setia Hati (SH), menghilangkan Kata Organisasi karena dimana SH sudah di anggap lama Berorganisasi & menjadikan SH pertama yang berorganisasi.
Lambang Persaudaraan Setia Hati

3).Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) : Setia Hati dari Murid Ki Ngabehi Surodiwiryo yakni Ki Hardjo utomo yang mendirikan Setia Hati Pencak  Sport Club (SH PSC) pada tahun 1922 dan berganti nama lagi menjadi Persaudaraan Seti Hati Terate (PSHT) Pada tahun 1942. pada tahun 1948, Soetomo Mangkoedjojo, Darsono dan sejumlah siswa Ki Hardjo Utomo, memprakarsai terselenggaranya konferensi pertama Setia Hati Terate. Hasilnya; sebuah langkah pembaharuan diluncurkan. Setia Hati Terate yang dalam awal perintisannya berstatus sebagai perguruan pencak silat di rubah menjadi “organisasi persaudaraan” dengan nama “Persaudaraan Setia Hati Terate”.
Lambang Persaudaraan Setia Hati Terate

4).Persatuan Seni Silat Setia Hati (ESHA) : Pendiri Kang Jasman tahun : 1939 di singaporeNama Seni silat ESHA ini adalah dari singkatan Nama Asalnya SETIA HATI (SH) di tanah jawa logat bahasa mereka menyebuthuruf  S = ES, H= HA. maka dengan hal demikian perguruan ini di namakan ESHA.
Pada saat kang Munaji (Beliau adalah anak turun YUDONEGORO pengawal PANGERAN DIPONEGORO yang tinggal di wonosobo jawa tengah Indonesia. adik kandung alm. Jend Kunkamdani generasi ke 2 murid Eyang Suro diwiryo murid dari Eyang Munandar) menjadi utusan khusus presiden SOEKARNO untuk berjuang didaratan malaya. pada akhirnya beliau bertemu dgn Kang JASMAN/ wak JASMAN, kang jasman seorang polisi pemerintah Malaysia, Kang Munaji sa'at itu seorang tahanan politik dan terjadilah pengangkatan saudara dg pengenalan pembentukan jurus gaduh Setia Hati ESHA/EZHAR, yang terdiri dari 7 jurus dan 13 senaman Jurus yg mengandung semua permainan pencak silat Setia Hati.
 
Lambang ESHA


5).Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo (PSHTMW) : pendiri R.D.H Suwarno pada tahun 1966 di Madiun. pada tanggal 15 Oktober 1965 Bapak Suwarno merasa terpanggil untuk bergerak (mengaktifierkan) kegiatan-kegiatan SH dengan membentuk Organisasi SH baru sebagai wadah para anggota muda karena sejak tahun 1964, SH mengalami kemunduran tidak begitu aktif, hal ini disebabkan tidak lain karena keadaan juga, sebagian besar saudara-saudara SH sudah banyak yang lanjut Usia (Tua), ditambah dengan makin berkurangnya penerimaan saudara baru. banyak saudara SH yang sudah sepuh satu per satu meninggal dunia, sedangkan yang masuk menjadi saudara SH, dapat dikatakan hampir tidak ada. kalau keadaan yang demikian di biarkan terusmenerus maka SH lambat laun akan mengalami kepunahan.

Lambang Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo



6).Setia Hati Rembulan (Remaja Bulungan)


7).Persaudaraan Setia Hati Organisasi (PSHO) : Didirikan pada tahun 2005/2006.
8).Beberapa Setia Hati Lainnya: