Kamis, 31 Oktober 2013

PASHMOEN






PASHMOEN yang berartikan Pasukan Setia Hati Trah Eyang Moen merupakan gerakan kadang SH untuk mewujutkan tetap dalam Khittah Persaudaraan Setia Hati yang didirikan pada 22 mei 1932 oleh Eyang Moenandar Harjowiyoto bersama 50 kadang SH di semarang.
kata PASHMOEN mulai di gagas oleh Dwi Nanda Wibowo dan kelompok kadang SH awal tahun 2013 dari Cabang  Lamongan - Jawa Timur.
Guna menunjukan Kesetian pada Persaudaraan Setia Hati karena Sekali SH tetap SH.

PASHMOEN dalam Khittah Persaudaraan Setia Hati yang tetap melestarikan ajaran dari sang pencipta SETIA HATI Ki Ngabehi Surodiwiryo 1903.


Uluk Salam PERSAUDARAAN SETIA HATI 2512

Jurus 25 (dua puluh lima)/ Minangkabau 1 Kucingan 
Merupakan isyarat memberikan doa harapan selamat sudah barang tentu, dimaksud dengan doa harapan selamat ialah doa harapan selamat lahir dan batin. Dalam pemberian salam menunjukkan keakraban kehalusan budi, karenakan suka menghargai harkat, martabat terhadap orang lain tanpa membedakan status sosial apapun. Dalam gerak langkah jurus 25 (dua puluh lima) dimulai dengan, membungkuk merendahkan tubuh sambil menyentuh tanah, berputar kekiri dan kekanan. Gerakan membungkuk merendahkan tubuh ini mengandung arti makna merendah diri.
Dalam jurus 25 (dua puluh lima) salah satu isi dari PANCA PRASETYA Persaudaraan Setia Hati. yakni pada No 4 (Empat) Sungguh –sungguh saya akan merendah hati dan menjauhkan dari watak sombong. memperingatkan kita pada lingkungan sekitar kita yang terdekat. Janganlah sekali–kali meninggalkan dan melupakan lingkungan disekitar kita yang terdekat, karena sewaktu kita membutuhkan uluran tangannya.
Menunjuk'kan kebersamaan jiwa dankeluruhan budi seseorang. karena orang itu tahu berterima kasih atas kebaikan orang lain, sementara itu sudahkah kita berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang menghidupi dan memberi sehari–hari.
 

jurus 12 (Dua belas)/ Cimande IV: memberi salam pada orang yang sedang dihadapi secara langsung. Dalam keadaan biasa, apabila kita bertemu dengan seorang yang baru kita kenal. Tentu kita saling memberi salam dan dan menunjuk orang yg sedang di hadapi tanpa ada rasa permusuhan dan kembali ke Sanubari. tidak hanya terbatas pada kawan saja. Kepada siapapun yang sedang dihadapi secara langsung, meskipun lawan sekalipun maka di akhir menggunakan tendangan T sebagai pembelaan diri dan ditutup dengan sikap tegak berdiri Alif. Pada lawanpun kita harus mengharapkan keselamatan lahir atau batin.
 

Jurus 25 yang di rangkaikan dengan jurus 12 sebagai Uluk salam dalam pemulaan Sambung/ permulaan gerak Pencak Setia Hati , Uluk salam merupakan Isyarat Memberikan Do'a dan harapan (Selamat) Lahir dan Batin. 

(Majelis Kerohanian Pengurus Besar Persaudaraan Setia Hati, bimbingan mental Spiritual Tuntunan V oleh Bpk. Slamet Danoedinoto. Semarang28 Juni 1974)

Sabtu, 26 Oktober 2013

NGALAH-NGALIH-NGAMUK

Prinsip Sebagai kadang Persaudaraan Setia Hati,,,, NGALAH-NGALIH-NGAMUK

Pertama, NGALAH punya pengertian yang mengadung makna yang sangat besar yaitu dari pada bentrok lebih baik diam. Dan kalau dijadikan kata sifat, ngalah ini memang luar biasa! Jangan lupa, ngalah itu bukan kalah, tapi mengalah, alias lebih mengendepankan rasa rendah hati dan kebaikan budi bagi orang yang mempergunakannya. Orang yang ngalah sekali lagi bukan kalah, tapi berusaha untuk diam dan tak ingin ribut-ribut, bukan karena takut, tapi lebih jauh berpikir kedepan, buat apa ribut? Untuk apa ribut-ribut? Apa lagi kalau yang diributkan hanya masalah “sepele”, masalah”kecil”, masalah yang “tak ada artinya”.

Kedua, NGALIH, ini juga punya pengertian yang unik, yaitu dari pada ribut atau ramai lebih baik minggir. Dan ini juga bukan pengertian penakut atau pengecut, tapi lebih disadarkan kepada tak ingin ramai atau dibuat keributan. Nah orang yang ngalih, biasanya memang pendiam, tak banyak bicara yang tak perlu, lalu kapan orang yang ngalih bicara? Dia bicara saat ingin diam, dan dia akan diam saat ingin bicara! Anehkan? Seperti terbalik-balik.

Tapi memang begitulah orang yang ngalih, tak banyak bicara, bicara seperlunya, memang kesannya seperti sombong, namun hal itu dilakukan untuk menghindari keributan yang tak perlu. Orang yang banyak ngalih, bukan takut, bukan pengecut, tapi lebih mengedepankan persaudaraan, pertemanan, persahabatan dan seterusnya. Bisa saja orang yang ngalih, hatinya disakiti atau perasaannya dilukai, tapi karena tak ingin menimbulkan keributan, dia lebih baik diam, apa lagi kalau yang diributkan bukan masalah yang prinsifil, bukan masalah akidah atau tauhid.

Ketiga, ngamuk,nah kalau yang ketiga ini, akan terjadi bila yang pertama dan yang kedua, yaitu ngalah dan ngalih sudah tak bisa ditahan lagi. Ibarat bendungan sudah tak mampu menahan volume air yang begitu banyak dan akhirnya bandunganpun jebol! Kalau sebuah bendungan jebol, maka akibatnya sudah bisa dibayangkan, air tadi akan menjadi “raksasa” yang menghantam atau menghajar apa saja yang dilaluinya, air ini akan menghantam apapun yang dilewati dan tentu saja merusak segalanya yang dilewati.

KEJURNAS PSH


Pengurus Besar Persaudaraan Setia Hati  menggelar kejuaraan Nasional pencak silat  berlangsung dilapangan tennis inddor GOR Bambu Runcing tanggal  28 s/d 29 Juni  2012. Kejuaraan bertujuan untuk membina dan meningkatkan prestasi pesilat-pesilat remaja dan dewasa.
     Ketua Umum Pengurus Besar Persaudaraan Setia Hati  Trinowo Harsono menjelaskan kejuaraan Nasional pencak silat tahun 2012  diikuti  33 cabang yang tersebar  baik di dalam negeri maupun luar negeri. Untuk cabang dalam negeri tercatat  ada 29 diantaranya dari Temanggung,  Jakarta,  Tangerang, Siak Riau, Surabaya, Lamongan,Tuban, Semarang dan Wonogiri. Sedang cabang yang berada di luar negeri ada  4 negara yaitu Vietnam, Perancis, Brunai Darussalam dan Singapura.    Dikemukakan dengan banyaknya cabang yang ikut serta , hal itu menunjukkan bahwa pencak silat semakin popular sehingga banyak yang gemar mencintai dan menggeluti silat  sebagai salah satu olah raga beladiri  warisan leluhur. Oleh karena itu melalui kejuaraan  Nasional  tahun ini, akan lahir pesilat - pesilat  handal. Dengan demikian olahraga pencak silat akan semakin maju dan berkembang .
     “Melalui kejuaraan  ini saya berharap  semakin banyak yang tertarik menggeluti pencak silat. Dengan berolahraga pencak silat tidak saja menyehatkan jasmani, namun juga menguatkan mental membentuk pribadi berbudi pekerti luhur, tangguh, tanggap, tanggon dan trengginas  serta berakhlaq mulia” tandasnya.
     Dia mengutarakan, Kejurnas mempertandingkan 8 kategori meliputi kategori tanding putra  7 kelas (A s/d G),  kategori tanding putri  7 kelas (A s/d G), kategori tunggal putra/putrid, kategoro  ganda putra/putrid dan kategori beregu putra/putrid. Sedang  3 lainnya yakni kategori tunggal khusus SH Setia Hati putra/putri,kategori ganda khusus SH putra/putrid dan kategori beregu khusus SH putra/putri.















Kamis, 24 Oktober 2013

PSH DKI Jakarta

Persaudaraan Setia Hati DKI Jakarta menjadi Daerah tempat para sesepuh Setia Hati dimana Jakarta Pernah menjadi Pusat Pengurus Besar Persaudaraan Setia Hati, Sebelum Sekarang di Temanggung Jawa Tengah.
pesatnya perkembangan PSH di DKI Jakarta di dasari keaktifannya semua kadang baik Junior - Senior/ Sesepuh turut membantu dalam acara latihan  Setia Hati, di semua cabang baik Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara juga di Sekitarnya seperti Tanggerang, Bogor, Kota Depok, Bekasi dll.

Kadang SH DKI Jakarta

Acara MILAD PSH yang diadakan di DKI Jakarta






Sejarah 10 Perguruan Historis IPSI

Pasca penyerahan kedaulatan oleh Belanda kepada Republik Indonesia (dulu masih bernama RIS-Republik Indonesia Serikat) tanggal 27 Desember 1949, pusat Pemerintahan Republik Indonesia berpindah tempat dari Yogykarta kembali ke Jakarta. Sebelumnya, selama empat tahun Yogyakarta pernah menjadi ibukota Republik Indonesia, yaitu resminya sejak 4 Januari 1946 sampai 27 Desember 1949. Perpindahan pusat pemerintahan tersebut diikuti dengan perpindahan kantor kementerian, dan kantor-kantor atau instansi milik pemerintah.
Demikan pula pada tahun 1950 Pengurus Besar IPSI secara de facto juga berpindah tempat dari Yogyakarta ke Jakarta, sekalipun tidak semua anggota pengurus-pengurus Ikatan Pencak Silat Indonesia dapat ikut pindah ke Jakarta. Waktu itu IPSI baru 2 tahun berdiri, yaitu sejak didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, oleh Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia, yang menetapkan Mr. Wongsonegoro sebagai Ketua PB.IPSI. Saat IPSI berdiri, Republik Indonesia sedang dalam masa perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan dan memantapkan kedaulatan Republik Indonesia, yang harus ditempuh melalui perjuangan baik secara fisik maupun diplomasi. Kondisi ini juga mengakibatkan IPSI yang masih berusia muda harus mengkonsentrasikan pengabdiannya kepada perjuangan kemerdekaan, sehingga kondisi manajerial dan operasional IPSI kala itu mau tidak mau mengalami penyusutan.

Di sisi lain, Pemerintah Pusat RI kala juga sedang menghadapi pemberontakan Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia ( DI/TII ) di beberapa daerah, termasuk di Jawa dan Lampung. Untuk menambah kekuatan dalam melawan DI/TII tersebut, Panglima Teritorium III waktu itu, Kolonel (terakhir Letnan Jenderal) R.A. Kosasih, dibantu Kolonel Hidayat dan Kolonel Harun membentuk PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia), yang kala itu didirikan untuk menggalang kekuatan jajaran Pencak Silat dalam menghadapi DI/TII yang berkembang di wilayah Lampung, Jawa Barat (termasuk Jakarta), Jawa Tengah bagian Barat termasuk D.I. Yogyakarta.

Setidaknya dalam kondisi tersebut timbulah dualisme dalam pembinaan dan pengendalian Pencak Silat di Indonesia, yaitu Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) dengan konsentrasi lebih banyak dalam hal pembinaan pada aspek Olah Raga, sedangkan Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPSI) lebih banyak membina pada aspek seni pertunjukan (ibing Pencak Silat) dan Pencak Silat bela diri untuk melawan DI/TII. Selain dua organisasi, IPSI dan PPSI ini, juga terdapat beberapa organisasi lain seperti Bapensi, yang masing-masing berupaya merebut pengaruh sebagai induk pembinaan pencak silat di Indonesia.

Sementara itu IPSI harus berjuang keras agar pencak silat dapat masuk sebagai acara pertandingan di Pekan Olahraga Nasional. Hal serupa juga dilakukan oleh PPSI yang setiap menjelang PON juga berusaha untuk memasukkan pencak silatnya agar dapat ikut PON. Namun Pemerintah, yang pada tahun 1948 juga ikut berperan mendirikan IPSI, hanya mengenal IPSI sebagai induk organisasi pencak silat di Indonesia.

Kala itu induk organisasi olahraga yang ada adalah KOI (Komite Olimpiade Indonesia) diketuai oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dan PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia) dengan Ketua Widodo Sosrodiningrat.Di tahun 1951, PORI melebur kedalam KOI. Tahun 1961 Pemerintah membentuk Komite Gerakan Olahraga (KOGOR) untuk mempersiapkan pembentukan tim nasional Indonesia menghadapi Asian Games IV di Jakarta. Kemudian di tahun 1962 Pemerintah untuk pertama kalinya membentuk Departemen Olahraga (Depora) dan mengangkat Maladi sebagai menteri olahraga. Selanjutnya di tahun 1964 Pemerintah membentuk Dewan Olahraga Republik Indonesia (DORI), yang mana semua organisasi KOGOR, KOI, top organisasi olahraga dilebur ke dalam DORI.

Pada tanggal 25 Desember 1965, IPSI ikut membentuk Sekretariat Bersama Top-top Organisasi Cabang Olahraga, yang kemudian mengusulkan mengganti DORI menjadi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) yang mandiri dan bebas dari pengaruh politik, yang kemudian kelak pada 31 Desember 1966 KONI dibentuk dengan Ketua Umum Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Maka kala itu IPSI juga ikut memegang peranan penting dalam sejarah pembentukan KONI sehingga kelak menjadi induk organisasi olahraga di Indonesia.

Menjelang Kongres IV IPSI tahun 1973 beberapa tokoh Pencak Silat yang ada di Jakarta membantu PB IPSI untuk mencari calon Ketua Umum yang baru, karena kondisi Mr. Wongsonegoro yang pada saat itu sudah tua sekali. Salah satu nama yang berhasil diusulkan adalah Brigjen.TNI Tjokropranolo (terakhir Letjen TNI) yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Sekalipun kelak kemudian pada Kongres IV ini beliau terpilih sebagai Ketua Umum PB IPSI, namun jalan bagi Brigjen.TNI. Tjokropranolo tidaklah semudah yang dibayangkan. Masih banyak tugas dan tanggung jawab  PB IPSI yang kelak harus dihadapi dengan serius. Disamping itu PB IPSI pun perlu merumuskan jati dirinya secara lebih aktif, disamping merumuskan bagaimana mempertahankan eksistensi dan historis IPSI dalam langkah pembangunan nasional.
 
Karena itu kemudian Brigjen.TNI. Tjokropranolo dibantu oleh beberapa Perguruan Pencak Silat yaitu:
  • Persaudaraan Setia Hati : Bapak. Mariyun Sudirohadiprodjo, Bapak. Mashadi, Bapak. Harsoyo dan Bapak .H.M. Zain;
  • dari KPS Nusantara :Bapak. Moch Hadimulyo dibantu Bapak. Sumarnohadi, Dr. Rachmadi, Dr. Djoko Waspodo;
  • Perisai Diri : Bapak. Arnowo Adji HK;
  • dari Phasadja Mataram : Bapak. KRT Sutardjonegoro;
  • dari Perpi Harimurti : Bapak. Sukowinadi;
  • dari Perisai Putih : Bapak.Maramis, Bapak. Runtu, Bapak. Sutedjo dan Bapak. Himantoro;
  • dari Putera Betawi : Bapak.H. Saali;
  • dari Tapak Suci : Bapak Haryadi Mawardi, dibantu Bpk. Tanamas;
  • dari Persaudaraan Setia Hati Terate : Bapak. Januarno, Bapak. Imam Suyitno dan Bapak. Laksma Pamudji.

Salah satu tantangan yang cukup berarti saat itu adalah belum berintegrasinya PPSI ke dalam IPSI. Kemudian atas jasa Bapak Tjokropranolo berhasil diadakan pendekatan kepada 3 (tiga) pimpinan PPSI yang kebetulan satu corps yaitu Corps Polisi Militer. Sejak itu PPSI setuju berintegrasi dengan IPSI, kemudian Sekretariat PB IPSI di Stadion Utama dijadikan juga sebagai Sekretariat PPSI. Pada Kongres IV IPSI itulah kelak kemudian, H. Suhari Sapari, Ketua Harian PPSI datang ke Kongres dan menyatakan bahwa PPSI bergabung ke IPSI.

Kongres IV IPSI tahun 1973 menetapkan Bp. Tjokropranolo sebagai Ketua PB. IPSI menggantikan Mr. Wongsonegoro. Mr. Wongsonegoro telah berjasa mengantarkan IPSI dari era perjuangan kemerdekaan menuju era yang baru, era mengisi kemerdekaan. Saat inilah seolah IPSI berdiri kembali dan lebih berkonsentrasi pada pengabdiannya, setelah sebelumnya melalui masa-masa perang fisik dan diplomasi yang dialami seluruh bangsa Indonesia. Di bawah kepemimpinan Bapak Tjokropranolo ini IPSI semakin mantap berdiri dengan tantangan-tantangan yang baru sesuai perkembangan zaman. Pada Kongres IV IPSI itu pun sepuluh perguruan yang menjadi pemersatu dan pendukung tetap berdirinya IPSI diterima langsung sebagai anggota IPSI Pusat, dan kemudian memantapkan manajemen, memperkuat rentang kendali PB IPSI sampai ke daerah-daerah, dan mempersatukan masyarakat pencak silat dalam satu induk organisasi. Untuk selajutnya Bapak Tjokropranolo menegaskan bahwa 10 (sepuluh) Perguruan Silat tersebutlah yang telah berhasil bukan sekedar menyusun bahkan juga melaksanakan program-program IPSI secara konsisten dan berkesinambungan.

Maka selanjutnya yang dimaksud dengan sepuluh perguruan tersebut adalah:


  1. Persaudaraan Setia Hati,
  2. Persaudaraan Setia Hati Terate,
  3. Perisai Diri,
  4. Perisai Putih,
  5. Tapak Suci,
  6. Phasadja Mataram,
  7. Perpi Harimurti,
  8. Persatuan Pencak Seluruh Indonesia (PPSI),
  9. Putera Betawi,
  10. KPS Nusantara.

Pada waktu kepemimpinan Bapak. H. Eddie M. Nalapraya nama kelompok 10 (sepuluh) Perguruan Silat anggota IPSI Pusat tersebut diubah menjadi 10 (sepuluh) Perguruan Historis, setelah sebelumnya sempat istilahnya disebut sebagai  Top Organisasi, atau Perguruan Induk kemudian menjadi Perguruan Anggota Khusus karena keanggotannya di IPSI Pusat menjadi anggota khusus. Di dalam setiap Munas IPSI maka Perguruan Historis ini selalu menjadi peserta dan memiliki hak suara di dalam Munas.
Sumber:
1. H. Haryadi Mawardi (Perguruan TAPAK SUCI)
2. Sejarah KONI
3. Tulisan H. Harsoyo (Perguruan Persaudaraan Setia Hati)
4. Arsip  penelitian pribadi

Rumpun Setia Hati

Setia Hati merupakan perguruan pencak silat yang didirikan oleh ki Ngabehi surodiwiryo (eyang Suro) yang dahulunya bernama Sedulur Tunggal Kecer.
banyaknya perguruan/organisasi yang melebelkan kata Setia Hati bisa di katakan sebagai Rumpun Setia Hati atau SH turunan.
berikut adalah Nama Rumpun Setia Hati :

1).Persaudaraan Setia Hati (Panti) : Setia Hati yang melestarikan ajaran ki ngabehi surodiwiryo 1903,
SH Panti merupakan Induk dari semua SH, SH Panti tidak berorganisasi tetapi masuk sebagai paguyuban, Panti (bertempat di kediaman ki ngabehi surodiwiryo), Panti (Panutan Inti) dari semua SH. tidak berlambang/Berlogo, Alamat di Jl gajah mada no 41, kelurahan winongo, kecamatan mangunharjo, Kota Madiun - Jawa Timur.
Tulisan di depan Tempat SH Panti

2).Persaudaraan Setia Hati (P.SH) : Setia Hati yang melestarikan ajaran ki ngabehi surodiwiryo dari murid yakni Ki Munandar Harjowiyoto, yang kemudian mendirikan SH yang berorganisasi dengan nama Setia Hati Organisasi (SHO) pada tgl 22 mei 1932 oleh Ki Munandar Harjowiyoto & 50 kadhang setia hati. Selanjutnya pada tahun 1972 Ki Munandar Hardjowijoto sebagai Ketua Umum dimana pada periode inilah SHO diganti namanya menjadi Persaudaraan Setia Hati (SH), menghilangkan Kata Organisasi karena dimana SH sudah di anggap lama Berorganisasi & menjadikan SH pertama yang berorganisasi.
Lambang Persaudaraan Setia Hati

3).Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) : Setia Hati dari Murid Ki Ngabehi Surodiwiryo yakni Ki Hardjo utomo yang mendirikan Setia Hati Pencak  Sport Club (SH PSC) pada tahun 1922 dan berganti nama lagi menjadi Persaudaraan Seti Hati Terate (PSHT) Pada tahun 1942. pada tahun 1948, Soetomo Mangkoedjojo, Darsono dan sejumlah siswa Ki Hardjo Utomo, memprakarsai terselenggaranya konferensi pertama Setia Hati Terate. Hasilnya; sebuah langkah pembaharuan diluncurkan. Setia Hati Terate yang dalam awal perintisannya berstatus sebagai perguruan pencak silat di rubah menjadi “organisasi persaudaraan” dengan nama “Persaudaraan Setia Hati Terate”.
Lambang Persaudaraan Setia Hati Terate

4).Persatuan Seni Silat Setia Hati (ESHA) : Pendiri Kang Jasman tahun : 1939 di singaporeNama Seni silat ESHA ini adalah dari singkatan Nama Asalnya SETIA HATI (SH) di tanah jawa logat bahasa mereka menyebuthuruf  S = ES, H= HA. maka dengan hal demikian perguruan ini di namakan ESHA.
Pada saat kang Munaji (Beliau adalah anak turun YUDONEGORO pengawal PANGERAN DIPONEGORO yang tinggal di wonosobo jawa tengah Indonesia. adik kandung alm. Jend Kunkamdani generasi ke 2 murid Eyang Suro diwiryo murid dari Eyang Munandar) menjadi utusan khusus presiden SOEKARNO untuk berjuang didaratan malaya. pada akhirnya beliau bertemu dgn Kang JASMAN/ wak JASMAN, kang jasman seorang polisi pemerintah Malaysia, Kang Munaji sa'at itu seorang tahanan politik dan terjadilah pengangkatan saudara dg pengenalan pembentukan jurus gaduh Setia Hati ESHA/EZHAR, yang terdiri dari 7 jurus dan 13 senaman Jurus yg mengandung semua permainan pencak silat Setia Hati.
 
Lambang ESHA


5).Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo (PSHTMW) : pendiri R.D.H Suwarno pada tahun 1966 di Madiun. pada tanggal 15 Oktober 1965 Bapak Suwarno merasa terpanggil untuk bergerak (mengaktifierkan) kegiatan-kegiatan SH dengan membentuk Organisasi SH baru sebagai wadah para anggota muda karena sejak tahun 1964, SH mengalami kemunduran tidak begitu aktif, hal ini disebabkan tidak lain karena keadaan juga, sebagian besar saudara-saudara SH sudah banyak yang lanjut Usia (Tua), ditambah dengan makin berkurangnya penerimaan saudara baru. banyak saudara SH yang sudah sepuh satu per satu meninggal dunia, sedangkan yang masuk menjadi saudara SH, dapat dikatakan hampir tidak ada. kalau keadaan yang demikian di biarkan terusmenerus maka SH lambat laun akan mengalami kepunahan.

Lambang Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo



6).Setia Hati Rembulan (Remaja Bulungan)


7).Persaudaraan Setia Hati Organisasi (PSHO) : Didirikan pada tahun 2005/2006.
8).Beberapa Setia Hati Lainnya:






Selasa, 22 Oktober 2013

PSH Cabang Surabaya


Persaudaraan Setia Hati Cabang Surabaya - Jatim yang didirikan kadang-kadang SH dari Tuban dan Lamongan Bersama Kadang Senior Mas TOMY SUDRAJAT dari Jakarta, yang sekarang mulai berkembang di penjuru kota Surabaya.

Sanggar SETIA HATI Surabaya

Pagelaran pengenalan gerak pencak SETIA HATI di Kota Surabaya
 
Acara Prosesi Keceran Calon Kadang Persaudaraan Setia Hati Cabang Surabaya
 
 
Ketua Umum PSH bpk Trinowo Harsono bersama Wakil bpk Gassie S Meitono
dalam Keceran Di Wonokromo Surabaya

PSH Cabang France


Persaudaraan Setia Hati Cabang France didirikan oleh Mr. Eric Chatelier pada tahun 1997, yang masuk dalam AFPS (Association France Pencak Silat)








ALBUM PERSAUDARAAN SETIA HATI CABANG FRANCE


 

EYANG SURO

                               EYANG SURO
Kesabaran dalam Pencak Silat

Muhamad Masdan lahir pada 1869 di daerah Gresik (Jawa Timur). Kelak kemudian putra tertua Ki Ngabehi Soeromihardjo ini dikenal dengan dengan nama Ki Ageng Hadji Ngabehi Soerodiwirdjo (Eyang Suro).
Setahun setelah menyelesaikan pendidikan formal setingkat SD, beliau mendapat pekerjaan magang sebagai juru tulis pada seorang kontroler (orang Belanda). Selain bekerja, beliau tetap meneruskan belajar di Pesantren Tebuireng (Jombang). Dari Pesantren inilah, Eyang Suro mulai mendalami ilmu agama dan pencak silat sekaligus. Kombinasi ini terus menjadi pola belajar yang beliau dapatkan selepas dari Tebuireng. Seperti ketika kemudian ditugaskan sebagai pegawai pengawas di Bandung, dimana selain menambah wawasan agama dari guru setempat, juga mendapatkan ilmu pencak silat aliran Pasundan seperti Cimande, Cikalong, Cipetir, Cibaduyut, Cimalaya dan Sumedangan.
Hanya setahun di Bandung, beliau harus pindah kerja ke Jakarta (Batavia). Dan selama di Jakarta pun, beliau menggunakan kesempatan untuk memperdalam ilmunya pada guru agama yang juga mengajarkan pencak silat aliran Betawen, Kwitang dan Monyetan. Setelah setahun, kemudian harus pindah kerja lagi ke Bengkulu selama 6 bulan, lalu ke Padang (Sumatra Barat). Di daerah ini, beliau tinggal hampir selama empat tahun dan juga tetap meneruskan belajar. Namun dalam budaya Minangkabau pada saat itu, mempelajari pencak silat setempat tidak mudah. Guru-guru tingkat tinggi umumnya adalah juga seorang sufi yang tidak sembarangan mengajarkan ilmu atau mengangkat murid. Salah seorang guru Eyang Suro di sini adalah Datuk Rajo Batuah. Selama di Sumatra Barat ini, beliau juga menambah penguasaan ilmu pencak silatnya dari aliran Minangkabau dan Bukittinggi. Selanjutnya Eyang Suro harus pindah tempat kerja lagi ke Aceh yang memungkinkannya memperdalam ilmu dari guru-guru di daerah setempat seperti Tengku Achmad Mulia Ibrahim, dll yang selain mengajarkan agama juga pencak silat Aceh.
Setelah empat tahun berada di Aceh, Eyang Suro kembali ke Surabaya (Jawa Timur). Ketika kemudian mulai banyak murid yang bermaksud belajar kepadanya maka agar lebih terorganisasikan kemudian dibentuk perguruan pencak silat dengan nama (dalam ejaan baru) Joyo Gendilo Cipto Mulyo / Sedulur Tunggal Kecer. Sebuah perguruan pencak silat yang kelak berkembang menjadi banyak perguruan seperti Persaudaraan Setia Hati,Persaudaraan Setia Hati Terate, Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo dan beberapa nama perguruan pencak silat lainnya lagi.
Walaupun menguasai pencak silat tingkat tinggi dari berbagai daerah di Nusantara, namun justru oleh mereka yang mengenalnya, Eyang Suro sendiri dikatakan sebagai pribadi yang sangat sabar dan ramah. Beliau sendiri mengajarkan bahwa pada tingkatan tertinggi, olah pencak silat bukan lagi pada fisik tetapi spiritual, menuju pengenalan jatidiri sejati.


Senin, 21 Oktober 2013

PSH Cabang Lamongan


Persaudaraan Setia Hati cabang Lamongan-Jawa Timur didirikan pada tahun 1990, Lamongan sebagai cabang Pertama kali di Jawa Timur yang kemudian sekarang menyebar di kawasan Kabupaten Jawa Timur Lainnya contohnya : Tuban, Pacitan, Gresik, Mojokerto, dan kota Surabaya.
Persaudaraan Setia Hati Cabang LAMONGAN

Minggu, 20 Oktober 2013

MUKADIMAH SH

                                             "MUKADIMAH" Persaudaraan SETIA HATI

Sesungguhnya perkataan Persaudaraan “SETIA HATI” dengan singkatan SH, mengandung arti : Diri yang setia kepada hati sanubari yang bersumber/selalu menghadap kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dijiwai oleh pengertian tersebut di atas, Persaudaraan Setia Hati didirikan untuk menjadi wadah/tempat bagi mereka yang menghayatinya dan bersedia untuk mengamalkannya dalam bentuk persaudaraan yang kekal.
Pada dasarnya, hakekat tata hidup Persaudaraan Setia Hati adalah suatu usaha, untuk menciptakan suasana hidup rukun yang nyata, berlandaskan rasa kekeluargaan yang mendalam dengan pengamalan rasa cinta dan kasih sayang , peri-kemanusiaan dan budi pekerti luhur antara para kadang SH khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
Falsafah hidup yang demikian tingginya, mustahil menjadi suatu kenyataan, tanpa dilakukan usaha penempaan diri yang memadai, yakni dengan latihan-latihan kejasmanian maupun kerokhanian serta kepatutan pada semua peraturan tata-tertib Persaudaraan dengan ikhlas.
Karenanya bagi setiap kadang SH dalam usaha mencapai cita-citanya bersama, "tiada pilihan lain kecuali melakukan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh latihan kejasmanian, khususnya Pencak Silat SH disamping senantiasa berusaha memahami dan menghayati falsafah SH", serta selalu berpegangan teguh kepada janji sumpah SH (Panca Prasetya), seperti yang telah diikrarkan/diucapkan pada saat diterima sebagai kadang Persaudaraan Setia Hati, disampingnya selalu menaati ketentuan di dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SH.